Translate

Wednesday 15 January 2014

MA’RIFAT SEBAGAI MAQAM TERTINGGI



MOHAMMAD FIKRI (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Materi Filsafat

1.      Pengertian Ma’rifat
Istilah Ma’rifat berasal dari kata “Al-Ma’rifah” yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka istilah ma’rifah disini berarti mengenal Allah ketika sufi mencapai maqam dalam Tasawuf.  Arti “makrifah” menurut takrif atau pengertian dari buku- buku yang ada ialah mengetahui Allah dari dekat dimana hati sanubari melihat Allah. Sedangkan pengertian “makrifah” dalam hubungan hamba dengan Tuhan, adalah mempunyai arti penting dan merupakan kewajiban yang paling pokok. Disebutkan dalam firman Allah dalam Al-Qur’an: “wamaa kholaktul jinna wal insa illa liya’buduun” yang artinya : “Tiadalah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepadaKu ( untuk mengenal Aku ). Seorang hamba yang akan menempuh maqam – maqam dengan tujuan mengenal Allah secara hakiki pada dasarnya dia menuju kepada tingkatan tertinggi dari maqam - maqam yang ada.

2.      Kedudukan Ma’rifat
Ma’rifat memiliki kedudukan tertinggi diantara maqam-maqam yang dilewati oleh seorang sufi untuk bertemu Allah SWT, Memperoleh ma’rifah, merupakan proses yang bersifat kontinue. Makin banyak seorang Sufi memperoleh ma’rifah dari Allah, makin banyak yang diketahuinya tentang rahasia -rahasia Allah s.w.t. dan dia pun makin dekat kepada Allah.Imam Ghazali mengatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari “makrifah” lebih tinggi mutunya dari pengetahuan yang diperoleh dengan akal. Pada dasarnya manusia juga hidup di dunia ini dengan dihiasi dengan masalah - masalah yang sudah tentu membutuhkan kebenaran. Begitu pun sebenarnya makrifah yang seharusnya selalu dibutuhkan oleh seorang hamba untuk lebih dekat lagi dengan Tuhannya.
Makrifah bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi bergantung kepada karunia/ pemberian Tuhan. Oleh karena itu ma’rifat dipandang para ulama sebagai suatu tingkatan yang sempurna dan merupakan puncak dari segala pencapain seorang salik yang berniat ingin bertemu dengan Tuhannya sepenuh hatinya. Makrifah adalah pemberian Tuhan kepada hambanya yang sanggup menerimanya bahwa datangnya karunia “makrifah” itu karena adanya kesungguhan, kerajinan, kepatuhan dan ketaatan mengabdikan diri sebagai hamba Allah dalam beramal secara lahiriah sebagai pengabdian yang dikerjakan tubuh untuk beribadat, itulah yang disebut makrifat.

3.      Syarat – Syarat Menggapai Ma’rifat
Adapun seseorang yang bermaksud hendak menuju MA’RIFAT, maka terlebih dahulu yang bersangkutan harus memiliki syarat- syarat sebagai berikut:
1.      Harus memiliki niat, dan tekad serta keyakinan ingin bertemu dengan Allah.
2.      Harus memiliki kemerdekaan berfikir dengan menggunakan akal dan ratio untuk menemui Allah.
3.      Harus memiliki kemerdekaan kemauan, yaitu kemauan dari hati sanubarinya, bukan karena terpaksa.
4.      Menggunakan ayat- ayat, kitab suci sebagai referensi untuk dapat menemui Allah.
5.      Mencari dan mendapatkan seorang Guru Mursyid yang benar-benar sudah Ma’rifat, yaitu yang sudah tau dan kenal kepada Tuhannya.

4.      Manfaat dan Keuntungan Ma’rifat
Adapun manfaatnya atau keuntungannya bagi orang-orang yang sudah ma’rifat ( tahu dan kenal Tuhannya) serta takwa dan taat kepada Allah, sebagai berikut :
1.      Termasuk orang-orang yang didekatkan Allah swt, Memperoleh ketentraman dan rezeki serta kenikmatan.  ( AL-WAQIAH : 88-89 )
2.      Diberikan kepadanya kehidupan yang baik dan diberikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( AN- NAHL : 97 )
3.      Dimasukkan ke dalam Syurga. (YAA-SIIN :26 )
4.      Diberikan ampunan atas dosa dosa yang telah lalu, ditunjukkan jalan yang lurus. ( AL-FATH : 1-2 )
5.      Agar timbul rasa cinta dan saying kepada Allah sehingga meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
6.      Agar kita tahu tujuan hidup. ( AZARIYAT : 56 ) “Dan Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahku” jadi tujuan yang hakiki hidup kita di dunia ini adalah menyembah Allah swt.
Demikianlah manfaat bagi yang telah berma’rifat sesuai dengan bunyi ayat- ayat tersebut di atas, maka apabila pembaca benar-benar mampu melakukan Mi’raaj, dapat mengenal secara nyata dengan yang wajib disembahnya, maka dengan pasti akan menerima/ mengalami/ memiliki hikmah – hikmah seperti yang telah digelarkan dalam ayat – ayat tersebut di atas; dan kehidupan pembaca akan dapat merasakan lebih nikmat dan lebih indah di dalam batin para pembaca akan merasakan bagai mengalirnya air sungai yang sangat tenangnya, meskipun sedang dilanda badai yang sangat besar.
5.      Alasan Ma’rifat Menjadi Tahapan Tertinggi
Rasulullah pernah menyebutkan bahwa Ma’rifat adalah maqam tertinggi, karena setelah mencapai tahapan ma’rifat seperti yang disebutkan oleh Rosul barulah seseorang bisa menerapkan segala ibadah yang dianjurkan oleh agama. Zunnun Al-Mishri mengatakan bahwa ma’rifat mempunyai jangkauan moral yang nilai kemanusiaan seoptimalnya yang harus berhias akhlak Allah SWT. Pergaulan orang arif bila telah sampai ke tingkat ini bagaikan pergaulan dengan Allah SWT. Bahkan istri nabi, Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.
            Lalu mengapa ma’rifat menjadi suatu puncak tahapan dalam mencapai nur ilahi dan mengenal Allah dengan sempurna. Orang yang telah mencapai tahapan ma’rifat setidaknya akan mengikuti akhlak Rasulullah SAW. Menurut Zunnun ada tiga tanda orang Arif (orang yang telah mencapai tahap ma’rifat) :
·         Cahaya Ma’rifat tidak memadamkan cahaya kerendahan hatinya.
·         Tidak mengakui secara bathiniah, ilmu yang bertentangan dengan hukum lahiriah (hukum syariat).
·         Nikmat Allah SWT yang banyak itu tidak mengiringnya untuk melanggar larangan Allah SWT.
Kesimpulannya adalah bahwa ma’rifatullah atau mengenal Allah adalah awal kita beragama yang artinya tahapan ma’rifat adalah tahapan yang tertinggi dari pada tahapan tahapan yang lain yang merupakan dasar tahapan. Dengan mencapai ma’rifat maka segala ibadah akan bermakna karena kita mengenal siapa yang kita sembah. Jika makrifatullah adalah awal beragama, lalu apa akhir dari agama? Akhir dari beragama juga makrifatullah karena makrifatullah adalah ruh dari agama.

6.      Penghalang Keberadaan Ma’rifat
Tetapi ada beberapa hal yang dapat menghalangi keberadaan ma’rifat itu sendiri diantaranya ;kesombongan, dholim, membuat kurasakan/fasad, lalai, dusta, membatalkan janji kepada Allah, banyak berbuat maksiat, orang yang selalu dalam keragu-raguan. Hal-hal tadi merupakan sikap yang selalu mengganggu keberadaan ma’rifat manusia. Karena manusia selalu dihiasi dengen syahawat atau bisa dikatakan nafsu, yang dapat menjerumuskan seorang salik kepada kehancuran. Keimanan dan ketakwaan seorang hamba akan selalu naik turun atau kadang bertambah kadang pula berkurang. Oleh karena itu seorang salik yang sedang pada tahapan ma’rifat harus menjaga dengan sebenar-benarnya nur ilahi yang telah melekat pada dirinya.













 REFERENSI

Dr. Zahra Mustafa, “Kunci memahami Ilmu Tasauf”, penerbit PT. BINA ILMU, Surabaya 1997.
Dr. Hadi Abdul, “Tasauf yang Tertindas”, penerbit PARAMADINA, Jakarta 2001.
Alhikam0.tripod.com/hikam008.html
Sufimuda.net/2013/07/25/makrifat-bukan-tujuan-akhir/
Belajarilmutasawuf.blogspot.com/2013/10/pengertian-marifat.html?m=1
Jalanpincang.wordpress.com/2011/06/01/syarat-manfaat-ma’rifat/
Jalansufi.com/makrifat/gambaran-makrifat.html?m=?

No comments:

Post a Comment