Materi Filsafat
1.
Pengertian
Ma’rifat
Istilah
Ma’rifat berasal dari kata “Al-Ma’rifah” yang
berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan
Tasawuf, maka istilah ma’rifah disini berarti mengenal Allah ketika sufi
mencapai maqam dalam Tasawuf. Arti
“makrifah” menurut takrif atau pengertian dari buku- buku yang ada ialah
mengetahui Allah dari dekat dimana hati sanubari melihat Allah. Sedangkan
pengertian “makrifah” dalam hubungan hamba dengan Tuhan, adalah mempunyai arti
penting dan merupakan kewajiban yang paling pokok. Disebutkan dalam firman
Allah dalam Al-Qur’an: “wamaa kholaktul jinna wal insa illa liya’buduun” yang
artinya : “Tiadalah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah
kepadaKu ( untuk mengenal Aku ). Seorang hamba yang akan menempuh maqam – maqam dengan tujuan mengenal
Allah secara hakiki pada dasarnya dia menuju kepada tingkatan tertinggi dari maqam
- maqam yang ada.
2.
Kedudukan Ma’rifat
Ma’rifat
memiliki kedudukan tertinggi diantara maqam-maqam yang dilewati oleh seorang
sufi untuk bertemu Allah SWT, Memperoleh ma’rifah,
merupakan proses yang bersifat kontinue. Makin
banyak seorang Sufi memperoleh ma’rifah dari Allah,
makin banyak yang diketahuinya tentang rahasia -rahasia Allah s.w.t. dan dia
pun makin dekat kepada Allah.Imam Ghazali mengatakan bahwa pengetahuan yang
diperoleh dari “makrifah” lebih tinggi mutunya dari pengetahuan yang diperoleh dengan
akal. Pada dasarnya manusia juga hidup di dunia ini dengan dihiasi dengan masalah
- masalah yang sudah tentu membutuhkan kebenaran. Begitu pun sebenarnya makrifah
yang seharusnya selalu dibutuhkan oleh seorang hamba untuk lebih dekat lagi dengan
Tuhannya.
Makrifah bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi bergantung kepada karunia/ pemberian Tuhan. Oleh karena itu ma’rifat dipandang
para ulama sebagai suatu tingkatan yang sempurna dan merupakan puncak dari
segala pencapain seorang salik yang berniat ingin bertemu dengan Tuhannya
sepenuh hatinya. Makrifah adalah pemberian Tuhan kepada hambanya yang sanggup menerimanya bahwa datangnya karunia “makrifah” itu karena adanya
kesungguhan, kerajinan, kepatuhan dan ketaatan mengabdikan diri sebagai hamba
Allah dalam beramal secara lahiriah sebagai pengabdian yang dikerjakan tubuh
untuk beribadat, itulah yang disebut makrifat.
3.
Syarat – Syarat Menggapai Ma’rifat
Adapun seseorang yang bermaksud hendak menuju
MA’RIFAT, maka terlebih dahulu yang bersangkutan harus memiliki syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Harus memiliki niat, dan tekad serta keyakinan
ingin bertemu dengan Allah.
2. Harus memiliki kemerdekaan berfikir dengan
menggunakan akal dan ratio untuk menemui Allah.
3. Harus memiliki kemerdekaan kemauan, yaitu
kemauan dari hati sanubarinya, bukan karena terpaksa.
4. Menggunakan ayat- ayat, kitab suci sebagai
referensi untuk dapat menemui Allah.
5. Mencari dan mendapatkan seorang Guru Mursyid
yang benar-benar sudah Ma’rifat, yaitu yang sudah tau dan kenal kepada
Tuhannya.
4.
Manfaat dan Keuntungan Ma’rifat
Adapun manfaatnya
atau keuntungannya bagi orang-orang yang sudah ma’rifat ( tahu dan kenal
Tuhannya) serta takwa dan taat kepada Allah, sebagai berikut :
1.
Termasuk
orang-orang yang didekatkan Allah swt, Memperoleh ketentraman dan rezeki serta kenikmatan. ( AL-WAQIAH : 88-89 )
2.
Diberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan diberikan balasan dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( AN- NAHL : 97 )
3.
Dimasukkan ke
dalam Syurga. (YAA-SIIN :26 )
4.
Diberikan
ampunan atas dosa dosa yang telah lalu, ditunjukkan jalan yang lurus. ( AL-FATH
: 1-2 )
5.
Agar timbul
rasa cinta dan saying kepada Allah sehingga meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah.
6.
Agar kita tahu
tujuan hidup. ( AZARIYAT : 56 ) “Dan Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan
supaya mereka menyembahku” jadi tujuan yang hakiki hidup kita di dunia ini
adalah menyembah Allah swt.
Demikianlah manfaat bagi yang telah berma’rifat sesuai dengan bunyi
ayat- ayat tersebut di atas, maka apabila pembaca benar-benar mampu
melakukan Mi’raaj, dapat mengenal secara nyata dengan yang wajib disembahnya,
maka dengan pasti akan menerima/ mengalami/ memiliki hikmah – hikmah seperti
yang telah digelarkan dalam ayat – ayat tersebut di atas; dan kehidupan pembaca
akan dapat merasakan lebih nikmat dan lebih indah di dalam batin para pembaca akan
merasakan bagai mengalirnya air sungai yang sangat tenangnya, meskipun sedang dilanda
badai yang sangat besar.
5.
Alasan Ma’rifat Menjadi Tahapan Tertinggi
Rasulullah
pernah menyebutkan bahwa Ma’rifat adalah maqam tertinggi, karena setelah
mencapai tahapan ma’rifat seperti yang disebutkan oleh Rosul barulah seseorang
bisa menerapkan segala ibadah yang dianjurkan oleh agama. Zunnun Al-Mishri
mengatakan bahwa ma’rifat mempunyai jangkauan moral yang nilai kemanusiaan
seoptimalnya yang harus berhias akhlak Allah SWT. Pergaulan orang arif bila
telah sampai ke tingkat ini bagaikan pergaulan dengan Allah SWT. Bahkan istri
nabi, Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.
Lalu mengapa ma’rifat menjadi suatu
puncak tahapan dalam mencapai nur ilahi dan mengenal Allah dengan sempurna.
Orang yang telah mencapai tahapan ma’rifat setidaknya akan mengikuti akhlak
Rasulullah SAW. Menurut Zunnun ada tiga tanda orang Arif (orang yang telah
mencapai tahap ma’rifat) :
·
Cahaya Ma’rifat
tidak memadamkan cahaya kerendahan hatinya.
·
Tidak mengakui
secara bathiniah, ilmu yang bertentangan dengan hukum lahiriah (hukum syariat).
·
Nikmat Allah
SWT yang banyak itu tidak mengiringnya untuk melanggar larangan Allah SWT.
Kesimpulannya
adalah bahwa ma’rifatullah atau mengenal Allah adalah awal kita beragama yang
artinya tahapan ma’rifat adalah tahapan yang tertinggi dari pada tahapan
tahapan yang lain yang merupakan dasar tahapan. Dengan mencapai ma’rifat maka
segala ibadah akan bermakna karena kita mengenal siapa yang kita sembah. Jika
makrifatullah adalah awal beragama, lalu apa akhir dari agama? Akhir dari
beragama juga makrifatullah karena makrifatullah adalah ruh dari agama.
6.
Penghalang Keberadaan Ma’rifat
Tetapi
ada beberapa hal yang dapat menghalangi keberadaan ma’rifat itu sendiri
diantaranya ;kesombongan, dholim, membuat kurasakan/fasad, lalai,
dusta, membatalkan janji kepada Allah, banyak berbuat maksiat, orang yang
selalu dalam keragu-raguan. Hal-hal tadi merupakan sikap yang selalu mengganggu
keberadaan ma’rifat manusia. Karena manusia selalu dihiasi dengen syahawat atau
bisa dikatakan nafsu, yang dapat menjerumuskan seorang salik kepada kehancuran.
Keimanan dan ketakwaan seorang hamba akan selalu naik turun atau kadang bertambah
kadang pula berkurang. Oleh karena itu seorang salik yang sedang pada tahapan
ma’rifat harus menjaga dengan sebenar-benarnya nur ilahi yang telah melekat
pada dirinya.
REFERENSI
Dr. Zahra Mustafa, “Kunci memahami
Ilmu Tasauf”, penerbit PT. BINA ILMU, Surabaya 1997.
Dr. Hadi Abdul, “Tasauf yang
Tertindas”, penerbit PARAMADINA, Jakarta 2001.
Alhikam0.tripod.com/hikam008.html
Sufimuda.net/2013/07/25/makrifat-bukan-tujuan-akhir/
Belajarilmutasawuf.blogspot.com/2013/10/pengertian-marifat.html?m=1
Jalanpincang.wordpress.com/2011/06/01/syarat-manfaat-ma’rifat/
Jalansufi.com/makrifat/gambaran-makrifat.html?m=?
No comments:
Post a Comment